Monday, 13 June 2016

HAND CUT FOR GIVING



It is said that during the enactment of the food shortage among the Israelites, then lalulah a devotee approached the home of a wealthy, saying, "Your Sedekahlah me with a piece of bread with the sincere because Allah S.W.T."


       
Having said so poor that the girl came out of the rich, and give him the bread is still hot. Sake only as good as the girl gives the bread will emerge curmudgeonly father of the girl who was kept cutting off his right hand cut off his daughter. Since of events that then Ak S.W.T changed the lives of the rich was to pull back his wealth so that he became a poor and eventually she died in the most abject.
The girl was begging and begging from house to house. So one day the girl went to the home of a wealthy while asking for alms, then out of a mother from the house. The mother was amazed by the beauty and mempelawa the girl into his house. Mother was very interested in the girl and her hunger for mengahwinkan child with the girl. Then after the marriage was complete, then the mother was also given clothes and jewelry to replace clothes.


       
On a night when it dihidang evening meal, then going to eat with her husband. Due to limited crippled the girl's hands and her husband also did not know that he was crippled, when his mother also had merahsiakan about the girl's hand. So when her husband told her to eat, and he eats with his left hand. Apabial her husband's state of his wife he said, "I got to know that people do not know the ordinance indigent daily, by, eat with the right hand and not the left hand."


       
After the husband said so, then his wife was still eating with his left hand, while her husband repeatedly told her. With the sudden sound from next door, "Take out your right hand, O servant of Allah, ye have donated a piece of bread because my sincerity, then there is no obstacle for me to give back it will be your right hand."


       
After she heard the voice, then he took out his right hand, and he found his right hand was in a state of origin, and he was eating with her husband to use his right hand. Let us sentiasa respect our guests, even though he was poor, when he came to our house so that he is our guest. Rasulullah SAW has said that intends, "Those honoring guests, then indeed he has been honored, and those who respect me, then indeed he has glorified Allah and whoever has become a rage guests, she has become a rage. And the one who makes my anger, and indeed he has made wrath of Allah "


          
S.A.W intentioned words of the Prophet, "Behold, the guest house when he came to the believer is a person, then he came along with a thousand thousand blessings and mercy."

TERKENA API DI KUBURAN



Diceritakan dari Ibnu Hajar bahawa serombongan orang dari kalangan Tabi'in pergi berziarah ke rumah Abu Sinan. Baru sebentar mereka di rumah itu, Abu Sinan telah mengajak mereka untuk berziarah ke rumah jirannya.
"Mari ikut saya ke rumah jiran untuk mengucapkan ta'ziah atas kematian saudaranya." kata Abu Sinan kepada tetamunya.

       Sesampainya di sana, mereka mendapati saudara si mati senantiasa menangis karana terlalu sedih. Para tetamu telah berusaha menghibur dan membujuknya agar jangan menangis, tapi tidak berjaya.
"Apakah kamu tidak tahu bahwa kematian itu suatu perkara yang mesti dijalani oleh setiap orang?" tanya para tetamu.
"Itu aku tahu. Akan tetapi aku sangat sedih kerana memikirkan siksa yang telah menimpa saudaraku itu." jawabnya.
"Apakah engkau mengetahui perkara yang ghaib?"
"Tidak. Akan tetapi ketika aku menguburkannya dan meratakan tanah di atasnya telah terjadi sesuatu yang menakutkan. Ketika itu orang-orang telah pulang, tapi aku masih duduk di atas kuburnya. Tiba-tiba terdengar suara dari dalam kubur "Ah....ah....Mereka tinggalkan aku seorang diri menanggung siksa. Padahal aku mengerjakan puasa dan solat". Jeritan itu betul-betul membuatku menangis kerana kasihan. Aku coba menggali kuburnya semula kerana ingin tahu apa yang sudah terjadi di dalamnya. Ternyata kuburan itu telah penuh dengan api dan di leher si mayat ada rantai dari api. Kerana kasihan kepada saudara, aku cuba untuk melepaskan rantai itu dari lehernya. Apabila aku hulurkan tangan untuk membukanya, tanganku terbakar."

       Lelaki itu menunjukkan tangannya yang masih hitam dan mengelupas kulitnya karana kesan api dari dalam kubur kepada tetamu. Dia meneruskan ceritanya: "Aku terus menimbun kubur itu seperti semula dan pulang dengan segera. Bagaimana kami tidak akan menangis apabila mengingati keadaan itu?"
"Apa yang biasa dilakukan oleh saudaramu ketika di dunia?" tanya teman-teman Abu Sinan.
"Dia tidak mengeluarkan zakat hartanya." jawabnya.
Dengan jawaban ini, teman-teman Abu Sinan membuat kesimpulan tentang kebenaran ayat Suci Al-Quran surah Ali Imran yang artinya:
"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Ali Imran, 180)

Friday, 27 May 2016

PENDURHAKA YANG MASUK SURGA



Dahulu, hidup seorang laki-laki durhaka dan fasik dari bani Israil. Penduduk sekitar dimana ia tinggal mengusir lelaki itu agar meninggalkan desa, mereka khawatir dan tidak ingin ikut-ikutan terseret karena kedurhakaan laki-laki itu Allah menurunkan wahyuNya kedapa Musa AS, mengabarkan perihal di atas. Musa mendatangi lelaki itu dan juga turut mengusirnya dari desa tersebut. Laki-laki durhaka itupun angkat kaki dari desanya. Ia pindah ke desa lain, dekat desa tempat ia tinggal sebelumnya. Allah mewahyukan lagi kepada Musa dan Musa mengusir laki-laki itu dari desa tadi.

       Akhirnya, laki-laki itu keluar lagi dari desa tersebut dan berjalan tak tentu arah. Ia kemudian memutuskan untuk pergi saja ke sebuah gurun gersang. Disana tidak ada orang tinggal, sehingga tidak mungkin ia diusir lagi dari situ. Ditempat ini, ia jatuh sakit, Ia tergeletak tak berdaya di atas pasir panas.

       Penderitaan memang tak tertahankan lagi baginya. Ia mengeluh meratapi nasibnya itu.
"Wahai Tuhan!, andaikata aku dalam pangkuan ibu, maka pastilah ia menyayangiku, ia akan menangisi atas kehinaanku ini.

Andaikata ayahku di sisiku, pastilah ia akan menolongku, memandikanku, mengkafaniku. Andaikata istriku ada di sisiku, pastilah ia menangisi kepergianku.

Andaikata anak-anakku ada disini, pastilah mereka akan menangisi dibelakangku dan berdoa: ' Ya Allah, ampunilah orangtuaku yang asing, lemah,suka maksiat, fasik yang di usir dari satu tempat ke tempat lainnya, sehingga terdampat di gurun yang gersang ini. Ia mati menuju akhirat dalam keadaan putus asa kepada semuanya, kecuali kepada rahmat Allah'

Ya, Allah. Jika Engkau putuskan aku dari ibuku,anak-anakku,istriku, maka jangan Engkau putuskan aku dari rahmatMU. Hatiku terbakar karena berpisah dari mereka, maka jangn Engkau bakar aku dengan api MU karena maksiatku."

       Allah kemudian mengirim bidadari-bidadari yang menyerupai ibunya, isterinya, dan anak-anaknya. Juga Allah mengirim malaikat yang menyerupai ayahnya. Mereka semua duduk mengelilingi laki-laki itu dan meratapinya. Lelaki itu menjadi tenang, karena seakan-akan ia dikelilingi oleh ibunya, isterinya, anak-anaknya dan ayahnya.

       "Ya Allah. Jangan Engkau putuskan aku dari rahmatMu. Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Kemudian, lelaki itu wafat dengan tenanya, Ia menghadap Allah dalam keadaan bersih karena dosannya terampuni. Allah menurunkan wahyu kepada Musa. "Hai Musa. Pergilah ke gurun. Disana ada salah seorang waliKU wafat. Mandikan, kafani, shalati dia"

       Musa segera datang ketempat yang dimaksud. Betapa kagetnya ia menemukan orang yang disebut Allah sebagai waliNya itu
adalah lelaki yang ia usir justru atas suruhan Allah sendiri. Musa melihat ada bidadari di sisi mayat lelaki itu, sedang menangisinya.\

"Wahai Tuhan, Bukankah ini pemuda fasik yang kuusir atas perintahMU?"
"Benar, ya Musa. Aku merahmatinya. Aku ampuni dosanya karena keluhnya waktu sakit, yaitu karena perpisahaannya dengan kampung halamannya, orang tuanya, anak-anaknya dan isterinya. Kukirim bidadari yang menyerupai ibunya, dan malaikat yang menyerupai ayahnya. Juga karena rahmatKu, dimana ia telah terhina dalam keasingannya. Jika orang terasing mati, menangislah penghuni bumi dan langit karena rasa kasihan, Bagaimana aku tidak kasihan padanya? Aku adalah zat yang Maha Kasih Maha Sayang".

Thursday, 26 May 2016

TAUBAT SEORANG WANITA BUTA



Saleh Al-Muri bercerita, bahwa dia pernah melihat seorang perempuan tua memakai baju kasar di Mihrab Daud Alaihissalam.
Perempuan yang telah buta matanya itu sedang mengerjakan sholat sambil menangis terisak-isak. Setelah selesai sholat dia mengangkat wajahnya ke langit dan berdoa :
"Wahai Tuhan Engkaulah tempatku memohon dan Pelindungku dalam hidup. Engkaulah penjamin dan pembimbingku dalam mati. Wahai Yang Maha Mengetahui perkara yang tersembunyi dan rahasia, serta setiap getaran batin tidak ada Raja bagiku selain Engkau yang kuharap dapat menghindarkan bencana yang dahsyat."

       Saleh Al-Muri memberi salam kepada perempuan tersebut dan bertanya: "Wahai Ibu! Apa yang menyebabkan hilangnya penglihatanmu?" 
"Tangisku yang disebabkan sedihnya hatiku kerana terlalu banyaknya maksiatku kepada-Nya, dan terlalu sedikitnya ingatan dan pengabdianku kepada-Nya. Jika Dia mengampunkan aku dan menggantinya di akhirat nanti, adalah lebih baik dari kedua-dua mataku ini. Jika Dia tidak mengampunkan aku, buat apa mata di dunia tetapi akan dibakar di nereka nanti." Kata perempuan tua itu.

       Saleh pun ikut menangis kerana sangat terharu mendengar hujjah wanita yang mengharukan itu.  "Wahai Saleh!  Sudikah kiranya engkau membacakan sesuatu dari ayat Al-Quran untukku. Kerana aku sudah sangat rindu kepadanya." Pinta perempuan itu.
Lalu Saleh membacakan ayat yang artinya:  "Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya."
(Al-An'am: 91)

       "Wahai Saleh, siapakah yang berkhidmat kepada-Nya dengan sebenarnya?" Kata perempuan itu lalu menjerit kuat-kuat dengan jeritan yang boleh menggoncangkan hati orang yang mendengarnya. Dia jatuh ke bumi dan meninggal dunia seketika itu juga.
Pada suatu malam Saleh Al-Muri bermimpi berjumpa dengan perempuan tua itu dalam keadaan memakai baju yang sangat bagus.

       Dalam mimpi tersebut Saleh bertanya: "Bagaimana keadaanmu sekarang?"
Perempuan itu menjawab: "Lebih baik rohku dicabut, aku didudukkan di hadapan-Nya dan berkata: "Selamat datang wahai orang yang mati akibat terlalu sedih kerana merasa sedikitnya khidmatnya kepada-Ku."

Wednesday, 25 May 2016

KEAJAIBAN HAMBA ALLAH



Seorang rekan yang mengaku mengalami berbagai keajaiban bercerita banyak pada saya. Bagaimana keluarganya menganggap bahwa do'a yg dia panjatkan pasti diterima Allah. Bagaimana isterinya, penganut salah satu tarekat, jika berdo'a sudah bisa merasakan apakah do'a ini terkabul atau tidak.

       Rekan lain juga bercerita bagaimana dia mengalami keajaiban. Ketika dia berdo'a agar termasuk mereka yang berhati emas, tiba-tiba dia melihat langit berwarna keemasan dan tetesen emas itu bagaikan jatuh ke bumi.

Entahlah, apakah pengalaman rekan-rekan saya tersebut benar-benar terjadi atau tidak. Saya hanya khawatir dua hal:
1. Kita berubah menjadi riya' ketika kita menceritakan hal-hal itu. Saya khawatir kita justru tidak mendapati keajaiban lagi ketika hati kita telah tergelincir pada riya'.
2. Kita beribadah karena mengejar keajaiban; bukan semata-mata karena Allah. Kita baca wirid sekian ribu kali, dengan harapan bisa menghasilkan keajaiban, apakah tubuh yg kebal, terungkapnya hijab (kasyaf) dan lainnya. Kita jalani sholat sunnah ratusan rakaat juga demi mengejar "keanehan-keanehan". Kita jalani ritus-ritus itu hanya karena ingin mencapai ma'rifat (yang sayangnya dikelirukan sebagai memiliki keajaiban).

       Yang lebih celaka lagi, ketika kita mendapat keajaiban tiba-tiba kita mengklaim bahwa Tuhan sangat dekat dengan kita sehingga status kita naik menjadi wali. Sayang, setelah "merasa" menjadi wali, kita lupakan aspek syari'ah. Konon, bagi mereka yang mencapai aspoek ma'rifat tidak perlu lagi menjalankan aspek syari'at.

       Entahlah, saya yang merasa belum naik-naik maqamnya dari status awam hanya bisa merujuk kisah Nabi Zakariya dan Siti Maryam. Nabi Zakariya diberi anugerah putera, padahal dia sudah tua dan isterinya mandul. Setelah mendapat keajaiban ini, Allah memerintahkan pada-Nya, "Sebutlah nama Tuhan-mu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari" (Qs 3: 41) Maryam pun mendapat keajaiban berupa putera (padahal dia tidak pernah "disentuh" lelaki). Namun setelah Allah memberitahu tingginya kedudukan Maryam, Allah menyuruh Maryam, "Ta'atlah kepada Tuhan-mu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku' (Qs 3: 43)

       Ternyata, hamba Allah seperti Nabi Zakariya dan Siti Maryam pun tetap tidak meninggalkan aspek syari'at meskipun telah memiliki keajaiban.
Berkenaan dengan keajaiban, Abu Sa'id, sufi besar abad 10 dan 11 Hijriah, pernah bertemu orang yang menceritakan sejumlah keajaiban "wali".
Orang itu berkata, "dia bisa terbang… "
Abu Sa'id menjawab, "ah… tak aneh… burung saja bisa terbang"
Yang aneh justru adalah mereka yang mengaku-aku wali dan sufi sambil mendemonstrasikan "keajaibannya". Wali dan Sufi sejati tak butuh pengakuan orang lain akan ke-waliannya. Wali dan sufi sejati tak akan pernah meninggalkan aspek syari'at, meski telah mencapai maqam ma'rifat.